4-1 PENDAHULUAN
Beberapa sistem dinamik seperti
mekanik, termal, hidraulik, ekonomi, biologi, dan sebagainya, dapat
dikarakteristikkan dengan persamaan diferensial. Respon suatu sistem dinamik
terhadap suatu masukkan (atau fungsi penggerak) dapat diperoleh dengan
menyelesaikan persamaan diferensial tersebut. Persamaan tersebut dapat
diperoleh dengan menggunakan beberapa
hukum fisika yang berlaku pada sistem yang ditinjau, misalnya, hukum Newton
untuk sistem mekanik, hukum Khirchoff untuk sistem listrik,d an sebagainya.
Model
Matematik.
Deskripsi matematik dari karakteristik dinamik suatu sistem disebut model matematik. Langkah pertama dalam
analisis suatu sistem dinamik adalah menurunkan modelnya. Harus selalu kita ingat
bahwa menurunkan model matematik yang masuk akal adalah bagian yang paling
penting dari keseluruhan analisis dan sintesis.
Model dapat disajikan dalam
beberapa bentuk yang berbeda. Bergantung pada sistem dan sekeliling
(circumstance) yang ditinjau, suatu penyajian matematik mungkin lebih cocok
daripada bentuk penyajian yang lain. Sebagai contoh, dalam persoalan kontrol
optimal, seringkali lebih mudah untuk menggunakan seperangkat persamaan
diferensial orde pertama.
Penyerderhanaan
lawan (versus) ketelitian.
Dalam mencari suatu model, kita harus mengkompromikan antara penyerderhanaan
model dan ketelitian hasil analisis. Perhatikan bahwa hasil yang diperoleh dari
analisis hanya berlaku sampai suatu derajat tertentu dari pendekatan model pada
sistem fisik yang ditinjau.
Kecepatan komputer digital dalam
melakukan operasi aritmatika memungkinkan kita untuk menggunakan pendekatan
baru dalam merumuskan model matematik. Dengan alat bantu tersebut kita tidak
hanya terbatas pada model yang sederhana, karena jika diperlukan kita dapat
melibatkan beberapa ratus persamaan untuk menggambarkan suatu sistem secara
lengkap. Akan tetapi, jika tidak diperlukan ketelitian yang sangat tinggi,
lebih disukai untuk hanya mencari model yang disederhanakan secara layak.
Dalam menurunkan model yang
disederhanakan tersebut, seringkali kita merasa perlu untuk mengabaikan suatu
sifat fisis dari sistem. Terutama jika diinginkan model matematik linier
parameter terkumpul (yaitu suatu model yang menggunakan persamaan diferensila
biasa), maka selalu diperlukan untuk mengabaikan suatu ketidaklinieran dan
parameter terdistribusi (paramater yang menimbulkan persamaan diferensial
parsial) yang mungkin terdapat pada sistem fisik yang ditinjau. Jika pengaruh
sifat-sifat yang diabaikan pada respon adalah kecil, maka akan diperoleh
kesesuaian yang baik antara hasil analisis model matematik dan hasil studi
eksperimenl pad asistem fisik.
Pada umumnya, dalam menyelesaikan
suatu persoalan baru, pertam kali diinginkan untuk membuat model yang
disederhanakan sedemikian rupa sehingga diperoleh gambran umum dari jawaban
soal. Selanjutnya dapat dibuat model matematik yang lebih lengkap untuk
analisis yang lebih lengkap.
Kita harus benar-benar menyadari
kenyataan bahwa suatu model linier parameter terkumpul yang berlaku pada
operasi frekuensi rendah, mungkin tidak berlaku pada frekuensi tinggi karena
sifat parameter terdistribusi yang diabaikan menjadi suatu bagian yang penting
dari perilaku dinamik sistem. Misalnya, massa suatu pegas dapat diabaikan pada
operasi frekuensi rendah tetapi akan menjadi suatu sifat yang penting dari
sistem pada frekuensi tinggi.
Sistem
linier. Sistem
linier adalah suatu sistem yang mempunyai persamaan model yang linier. Suatu
persamaan diferensial adalah linier jika koefisiennya adalah konstan atau hanya
merupakan fungsi dari variabel bebasnya. Sifat yang paling penting dari sistem
linier adalah berlakunya prinsip superposisi. Prinsip superposisi menyatakan
bahwa respon yang dihasilkan oleh pengguna secara serentak dua buah fungsi
penggerak yang berbeda adalah sama dengan jumlah dari buah respon
individualnya. Oleh karenanya, pada sistem linier, respon terhadap tiap-tiap
masukkan dan menjumlahkan hasilnya. Prinsip ini memungkinkan kita untuk
menyusun jawab yang kompleks pada persamaan diferensial linier dari beberapa
jawab yang sederhana.
Pada penyelidikan sistem dinamik
secara eksperimental, jika sebab dan akibat adalah sebanding, jadi berlaku
prinsip superposisi, maka sistem tersebut dapat dianggap linier.
Sistem
linier parameter konstan (time invariant) dan sistem linier parameter berubah
(time varying).
Sistem dinamik linier yang terdiri dari
beberapa komponen parameter konstan terkumpul dapat digambarkan dengan
persamaan diferensial linier parameter konstan. Sistem semacam itu disebut
sistem linier time invariant (atai linier koeficien konstan). sistem yang
dinyatakan oleh persamaan diferensial yang koefisiennya merupakan fungsi dari
waktu disebut sistem linier time-varying (atau
linier parameter berubah). Sebagai contoh sistem kontrol parameter berubah
adalah sistem kontrol pesawat ruang angkasa.(massa pesawat berubah karena
konsumsi bahan bakar, dan gaya gravitasi berubah karena penggerakan pesawat
yang menjauhi bumi).
Sistem
nonlinier.
Sistem nonlinier adalah sistem yang dinyatakan oleh persamaan nonlinier.
Beberapa contoh persmaan nonlinier adalah
y = sin x
y = x2
z = x2 +
y2
(pada
persamaan terakhir , z adalah suatu
fungsi nonlinier dari x dan y).
Suatu persamaan diferensial
disebut nonlinier jika tidak berlaku prinsip superposisi. Beberapa contoh
persamaan diferensial non linier adalah
Walaupun beberapa hubungan fisik
seringkali dinyatakan dengan persamaan linier, tetapi dalam kebanyakan kasus
hubungan yang sebernanya adalah tidak benar-benar linier. Pada kenyataannya,
suatu studi sistem fisik yang cermat menyatakan bahwa ‘’sistem linier’’ hanya
benar-benar linier pada daerah kerja yang terbatas. Dalam praktek, beberapa
sistem elektromekanik, sistem hidraulik, sistem pneumatik, dan sebagainya,
melibatkan hubungan nonlinier diantara beberapa variabel. Sebagai contoh,
keluaran suatu komponen dapat mengalami saturasi untuk sinyal masukkan yang besar. Mungkin terjadi suatu
ruang mati (dead space) yang mempengaruhi sinyal-sinyal kecil. (ruang mati
suatu komponen adalah daerah kisaran
kecil dan variasi masukkan dimana komponen tidak peka). Ketidak limnieran hukum
kuadrat dapat terjadi dalam beberapa komponen. Misalnya peredam yang digunakan
pad asistem fisik mungkin linier untuk operasi kecepatan rendah tetapi menjadi
nonlinier pada kecepatan tinggi, dan redaman mungkin menjadi sebanding dengan
kuadrat dari kecepatan kerja. Beberpa contoh kurva karakteristik ketidak
linieran ini ditunjukkan pada gambar 4-1.
Gambar
4-1. Kurva
karakteristik beberapa ketidaklinieran
Perhatikan bahwa beberapa sistem
kontrol yang penting adalah nonlinier untuk setiap ukuran sinyal. Sebagai
contoh, pada sistem kontrol dua posisi (on-off) aksi pengontrolan adalah “on”
dan “off” dan tidak terdapat hubungan yang linieran antara masukkan dan
keluaran kontroller.
Karakteristik yang paling penting
dari sistem nonlinier adalah tidak berlakunya prinsip superposisi. Prosedur
untuk mencari jawab persoalan yang melibatkan prinsip superposisi. Prosedur
untuk mencari jawab persoalan yang melibatkan sistem non linier ini, kita
merasa perlu untuk memperkenalkan sistem
linier “ekuivalen” untuk menggantikan sistem nonlinier. Sistem linier ekuivalen
semacam itu hanya berlaku pada daerah kerja yang terbatas. Setelah sistem
nonlinier didekati dengan model matematik linier, maka dapat digunakan sejumlah
alat bantu linier untuk analisis dan desain. Dalam buku ini kita memperkenalkan
beberapa teknik linierisasi.
4-2 FUNGSI ALIH
Dalam teori kontrol, fungsi yang
disebut “fungsi alih” seringkali digunakan untuk mencirikan hubungan
masukkan-keluaran dari sistem linier parameter konstan. Konsep fungsi alih
hanya digunakan pada sistem linier parameter konstan, walaupun dapat diperluas
untuk suatu sistem kontrol nonlinier.
Fungsi
Alih. Fungsi
alih sistem linier parameter konstan didefinisikan sebagai perbandingan dari
transformasi Laplace masukkan (fungsi penggerak), dengan anggapan bahwa semua
syarat awal adalah nol.
Tinjau sistem linier parameter
konstan yang didefiniskan persamaan diferensial berikut:
dimana
y adalah keluaran sistem dan x adalah masukkan. Fungsi alih dari sistem ini
diperoleh dengan mencari transformasi Laplace dari kedua ruas persamaan (4-1),
dengan menganggap bahwa semua syarat adalah nol atau
Fungsi alih adalah suatu ekpresi
yang merelasikan keluaran dana masukkan suatu sistem linier parameter konstan
dalam bentuk parameter konstan dalam bentuk paramter sistem dan merupakan sifat
dari sistem itu sndiri, tidak bergantung pada fungsi masukkan atau penggerak.
Fungsi alih mencakup satuan-satuan yang diperlukan untuk merelasikan masukkan
dengan keluaran; meskipun demikian, fungsi alih tidak memberikan informasi
mengenai stuktur fisik dari sistem. (fungsi alih dari beberapa sistem fisik
yang berbeda mungkin identik).
Dengan menggunakan konsep ini,
kita dapat menyatakan dinamika sistem dengan beberapa persamaan aljabar dalam s. Pangkat tertinggi dari s pada penyebut fungsi alih sama dengan orde
suku turunan tertinggi dari keluaran. Jika pangkat tertinggi dari s tersebut adalah n, maka sistem tersebut sistem orde ke n.
Sistem
translasi mekanik.
Tinjau sistem pegas massa daspot yang ditunjukkan pada gambar 4-2. Daspot
adalah suatu perangkat yang menimbulkan gaya viskos atau redaman. Perangkat ini
terdiri sebuah torak dan silinder isi minyak. Setiap gerakan relatif antara
batang torak dan silinder dilawan oleh minyak karena minyak tersebut harus
mengalir disekitar torak atau melalui orifis yang terdapat pada torak dari
suatu sisi torak ke sisis yang lain. Pada dasarnya daspot menyerap energi.
Energi yang diserap ini didisipasikan sebagai panas, sehingga daspot tidak
menyimpan energii kinetik potensial.
Gambar
4-2. Sistem
pegas-massa-daspot
Marilah kita cari fungsi alih
dari sistem ini dengan menganggap bahwa
gaya x(t) sebagai masukkan dan
perpindahan y(t) dari massa sebagai keluaran. Kita akan
mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Menulis persamaan diferensial
dari sistem
2. Mancari transformasi Laplace dari
persamaan diferensial dengan menganggap bahwa semua syarat awal nol.
3. Mencari perbandingan dari
keluaran Y(s)dan masukkan X(s) perbandingan ini adalah fungsi
alih yang dicari.
Untuk menurunkan persamaan
diferensial linier parameter konstan, marilah kita anggap bahwa gaya gesekan
daspot berbanding lurus dengan y.
Pada sistem ini m menyatakan massa, f menyatakan
koefisien gesekan viskos, dan k menyatakan konstanta pegas.
Hukum dasar yang berlaku pada
sistem mekanik adalah hukum Newton, untuk sistem translasi, hukum tersebut
menyatakan bahwa
ma = ∑F
Dimana
m
= massa, kg; a = percepatan,m/dt2; f = gaya, N
Kg
adalah satuan massa (Kg = N-deet2/m). Jika dikenai gaya 1 N, massa 1
Kg akan megalami percepatan 1 m/det2
Dengan menerapkan hukum Newton
pada sistem tersebut diatas, kita peroleh
atau
Dengan
mencari transformasi Laplace tiap suku persamaan (4-2) diperoleh
Jika
kita tentukan syarat awal sama dengan nol, sedemikian rupa sehingga y(0) = 0, y(0) =0, maka transformasi Laplace dari persamaan (4-2) dapat
ditulis
Dengan
mencari perbandingan Y(s) dan X(s) , kita peroleh fungsi alih dari
sistem
Sitem
rotasi mekanik. Tinjau sistem yang ditunjukkan pada gambar 4-3. Sistem tersebut
terdiri dari inersia beban dan peredam gesekan viskos. Definisi
J = momen inersia beban, kg-m2
f
= koefisien gesekan viskos, N-m/rad/det
Ѡ = kecepatan sudut, rad/det
T = torsi yang dikenakan pada
sistem, N-m
Untuk
sistem rotasi mekanik, hukum Newton menyatakan bahwa
Jα = ∑T
Dimana: J =momen inersia, kg-m2
α =percepatan sudut,
rad/det2
T = torsi, N-m
Satuan konsisten massa, momen
inersia, torsi
Massa
|
Momen
inersia
|
Torsi
|
Slug
|
Slug-ft2
|
lb-ft
|
Gram
|
gm-cm2
|
dyne-cm
|
Kilogram
|
Kg-m2
|
Newton-m
|
Dengan menerapkan hukum Newton
pada sistem yang sedang ditinjau, kita peroleh
J Ѡ + f Ѡ = T
Dengan
mengganggap bahwa torsi T yang dikenakan adalah masukkan dan kecepatan sudut Ѡ
dalah keluaran, maka fungsi alih daeri sistem ini diperoleh sebagai berikut:
Dimana
Rangkaian
L-R-C. Tinjau
rangkaian listrik yang ditunjukkan pada gambar 4-4. Rangkaian tersebut terdiri
dari suatu induktansi L (henry),
suatu tahanan R (ohm), dan suatu
kapasitansi C (farad). Dengan
menerapkan hukum Khirchoff pada sistem yang sedang ditinjau, kita peroleh
persamaan berikut:
Gambar
4-4. Rangkaian
listrik
Dengan mencari transformasi
Laplace dari persamaan (4-3) dan (4-4), dengan menganggap syarat awal nol, kita
peroleh
Jika е1 dianggap
sebagai masukkan dan е0 sebagai keluaran, maka fungsi alih dari
sistem ini diperoleh sebagai berikut :
Impedansi
kompleks. Dalam
menurunkan fungsi alih rangkaian listrik, seringkali kita rasakn lebih muda
untuk menuliskan persamaan dalam bentuk transformasi Laplace secara langsung,
tanpa menuliskan persamaan diferensialnya. Tinjau sistem yang ditunjukkan pada
gambar 4-5(a). Pada sistem ini, Z1 dan Z2 menyatakan impedansi
kompleks. Impedansi kompleks dari suatu rangkaian dua terminal adalah
perbandingan antara E(s), tranformasi
Laplace dari tegangan listrik pada terminal tersebut, dengan I(s),transformasi Laplace dari arus
listrik yang melalui elemen tersebut, dengan anggapan bahwa semua syarat awal
adlah nol, sehingga Z(s) = E(s)/I(s).
Jika elemen dua terminal tersebut adalah suatu tahanan R, kapasitansi C, atau
induktasniL, maka impedansi kompleks dari elemen tersebut masing-masing
diberikan oleh R, 1/Cs, atau Ls. Jika impedansi kompleks dihubungkan secara
seri, maka im-edansi totalnya sama dengan jumlah masing-masing impedansi
kompleks tersebut.
Tinjua rangkaian yang ditunjukkan
pada gambar 4-5(b). Anggap bahwa tegangan е1 dan е0 ,
masing-masing adalah masukkan dan keluaran rangkaian. Fungsi alih rangkaian ini
adalah
Gambar
4-5 rangkaian
listrik(a) dan (b)
untuk sistem yang ditunjukkan pada gambar 4-4
oleh karenanya, fungsi alih E0(s)/E1(s) dapat diperoleh sebagai berikut
yang tentu saja identik dengan
persamaan (4-5)
Elemen
pasif dan elemen aktif. Beberpaa
elemen dalam suatu sistem (misal, kapasitansi dan induktansi dalam sistem
listrik) menyimpan energi. Energi ini kemudian diberikan ke dalam sistem.
Jumlah energi yang diberikan tidak dapat melebihi jumlah energi yang tersimpan
dalam elemen, dan jika elemen ini sebelumnya tidak menyimpan energi, maka
elemen ini sama sekali tidak memeberikan energi kepada sistem. Oelh karena itu,
elemen pasif disebut sistem pasif. Contoh
elemen pasif adalah kapasitansi, tahanan, dan induktansi, massa, inersia,
peredama, dan pegas. Untuk elemen pasif, setiap suku dalam persamaan
diferensial sistem homogen mempunyai tanda yang sama.
Elemen fisik yang dapat
memberikan energi eksternal ke dalam sistem disebut elemen aktif. Sebagai contoh, penguat adalah suatu elemen aktif karena
mempunyai satu daya dan memberikan daya kepada sistem. Sumber-sumber gaya,
torsi, atau kecepatan eksternal; sumber-sumber arus atau tegangan; dan sebagai;
juga merupakan elemen-elemen aktif.
Analaogi
gaya tegnagan. Tinjau
sistem mekanik yang ditunjukkan pada gambar 4-6(a) dan sistem listrik yang
ditunjukkan pada gambar 4-6(b). Persamaan diferensial untuk sistem mekanik ini
adalah
Gambar
4-6. (a) sistem
mekanik; (b) sistem listrik analoginya
Sedangkan persamaan diferensial
untuk sistem listrik tersebut adalah
Dalam bentuk muatan lsitrik q. Persamaan yang terakhir ini menjadi
Dengan membandingkan persamaan
(4-6) dan (4-7), kits lihst bahwa persamaan diferensial kedua sistem tersebut
mempunyai bentuk yang identik. Sistem semacam itu disebut sistem sekias (analog),
dan suku-suku yang menempati posisi-posisi yang sama disebut besaran sekias.
Tabel
4-1
BESARAN-BESARAN SEKIAS DALAM ANALOGI GAYA TEGANGAN
Sistem
Mekanik
|
Sistem
listrik
|
Gaya
p (torsi T)
Massa
m (momen inersia j)
Koefisien
gesekan viskos f
Konstanta
pegas k
Perpindahan
x (perpindahan sudut Ө)
Kecepatan
x i(kecepatan sudut Ө)
|
Tegangan
е
Induktansi
L
Tahanan
R
Kebailkan
kapasitansi 1/C
Muatan
q
Arus
i
|
Gambar
4-7 menunjukkan beberapa contoh sistem sekias. Tiap sistem listrik dan sistem
mekanik anlaoginya mempunyai fungsi alih yang identik. (Pada gambar 4-7, x1 dan x2 menyatakan perpindahan). Perhatikan bahwa dalam
menrunkan fungsi alih, kita anggap bahwa sistem yang ditinjau adalah sistem
dengan parameter terkumpul dan tidak ada pengaruh pembebanan pada keluaran.
Gambar
4-7. Sistem dan
analoginya
Analogi
gaya-arus. Bentuk analogi lain sangat berguna antara sistem listrik dan
sistem mekanik adalah analogi gaya-arus. Tinjau sistem mekanik yang ditunjukkan
pada gambar 4-8(a). Persamaan diferensial yang melukiskan sistem ini adalah
Kemudian
tinjau sistem listrik yang ditunjukkan pada gambar 4-8(b). Dengan menggunakan
hukum arus dari khirchoff, kita peroleh
Dimana
Gambar 4-8. (a) sistem mekanik; (b) sistem
listrik
Persamaan
(4-9) dapat ditulis
Perhatikan
bahwa fluks magnetik gandeng ѱ direalisasikan
dengan е oleh persamaan berikut:
Dalam
bentuk ѱ persamaan (4-10) dapat
ditulis sebagai berikut:
Dengan
membandingkan persamaan (4-8) dan (4-11), kita peroleh bahwa dua sistem
tersebut adalah sistem sekias. Beberapa besaran sekias diberikan pada tabel
4-2. Di sini analogi tersebut disebut analogi gaya-arus.
Tabel
4-2 BESARAN-BESARAN SEKIAS DALAM ANALOGI GAYA ARUS
Sistem Mekanik
|
Sistem listrik
|
Gaya p (torsi T)
Massa m (inersia j)
Koefisien
gesekan viskos f
Konstanta
pegas k
Perpindahan
x (perpindahan sudut Ө)
Kecepatan
x (kecepatan sudut Ө)
|
Arus i
Kapasitansi
C
Kebalikan
dari tahanan 1/R
Kebailkan
dari induktansi 1/L
Fluks
magnetik gandeng ѱ
Tegangan
е
|
Sistem
sekias. Konsep sistem sekias sangat berguna dalam
praktek karena satu jenis sistem dapat ditangani secara eksperimental dengan
lebih mudah daripada jenis yang lain. Sebagai contoh, untuk mengkaji sistem
mekanik, kita dapat membuat dan mengkaji sistem listrik analoginya, karena pada
umumnya sistem listrik atau elektronik secara eksperimental jauh lebih mudah
ditangani. Khusunya komputer analog elektronik, yang cukup memadai untuk
mensimulasikan baik sistem mekanik maupun sistem fisik laiinnya.
Harus diingat bahwa analogi
antara dua sistem menjadi tidak berlaku jika daerah kerjanya diperluas hingga
terlalu lebar. Dengan kata lain, karena persamaan diferensial yang mendasari
analogi hanya merupakan pendekatan dari karakteristik dinamik sustu sistem fisik,
maka mungkin analogi menjadi tidak berlaku jika daerah kerja salah satu sistem
sangat lebar, kemungkinan dapat diabgi menjadi dua atau lebih daerah yang lebih
kecil, sebenarnya analogi tidak terbatas pada sistem listrik dan sistem
mekanik; analogi dapat diterapkan pada setiap sistem yang mempunyai bentuk
persamaan diferensial atau fungsi alih yang identik.
Gambar 4-9. Sistem listrik
Fungsi
alih dari elemen-elemen yang dihubungkan seri. Beberapa sistem berumpan balik
mempunyai komponen-komponen yang saling membebani. Tinjau sistem yang
ditunjukkan pada gambar 4-9. Anggap bahwa еi
adalah masukkan dan е0 adalah
keluaran. Pada sistem ini rangkaian tingkat kedua (bagian R2C2)
menimbulkan pengaruh pembebanan pada rangkaian tingkat pertama (bagian R1C1).
Persamaan untuk sistem ini adalah
Dan
Dengan
mengeliminasi I1(s) dan I2(s) dari persaman (4-14)
dan (4-15) kita peroleh bahwa fungsi alih antara E0(s) dan E2(s)
adalah
Dengan
mancari transformasi Laplace dari persamaan (4-12) dan (4-13), dan menganggap
bahwa syarat awal sama dengan nol, kita peroleh
Bentuk
R1C2s pada
penyebut dari fungsi alih menyatakaninteraksi dua rangkaian RC sederhana. Karena (R1C1 + R2C2+ R1C2) 2 >4 R1C1 R2C2, maka
dua akar dari penyebut persamaan (4-16) adalah nyata.
Analisis ini menunjukkan bahwa
jika dua buah rangkaian RC dihubungkan
seri, sedemikian rupa sehingga keluaran rangkaian pertama menjadi msukkan
rangkaian kedua, maka fungsi alih keseluruhan tidak sama dengan hasilkali
antara 1/( R1C1s
+1) dengan 1/( R2C2s
+1). Alasannya adalah bahwa pada waktu kita anggap bahwa keluaran tidak
dibebani. Dengan kata lain, impedansi beban dianggap tak terhingga, yang
berarti bahwa tidak menyerap daya pada kelauran rangkaian pertama, maka
sejumlah teretentu daya akan diserap sehingga anggapan bahwa tidak ada
pembebanan tidak dipenuhi. Oleh karena itu, jika fungsi alih sistem ini tidak
berlaku. Derajat pengaruh pembebanan menentukan besarnya modifikasi fungsi
ailh.
Fungsi
alih elemen-elemen yang dihubungkan seri tanpa pembebanan. Fungsi alih suatu sistem yang
terdiri dari dua buah elemen yang dihubung seri tanpa pembebanan dapat
diperoleh dengan mengeliminasi masukan dan keluaran madya. Sebagai contoh,
tinjau sistem yang ditunjukkan pada gambar 4-10(a). Fungsi alih masing-masing
elemen adalah
Gambar 4-10. (a) sistem yang terdiri dari
dua buah elemen yang dihubung seri tanpa pembebanan; (b) suatu rangkaian
pengganti
Jika
impedasni masukkan dari elemen kedua adalah tak terhingga, maka keluaran elemen
pertma tidak dipengaruhi oleh penggandengan elemen pertama dengan elemen kedua.
Selanjutnya fungsi alih dari sistem keseluruhan adalah
Jadi,
fungsi alih dari sistem keseluruhan merupakan hasilkali dari fungsi alih
msaing-msaing elemen. Ini ditunjukkan pada gambar 4-10(b).
Sebagai contoh, tinjau sistem
yang ditunjukkan pada gambar 4-11. Penyisipan sebuah penguat pengisolasian di
antara rangkaian-rangkaian utnuk mendapatkan karakteristik tanpa pembebanan
seringkali digunakan dalam menghubungkan beberapa rangkaian listrik. Karena
baik penguat tabung hampa mempunyai impedansi masukkan yang sangat tinggi, maka
penguat pengisolasian yang disispkan di antara dua buah rangkaian akan
menguatkan anggapan tanpa pembebanan.
Gambar 4-11. Sistem listrik
Dua
buah rangkaian RC sederhana, yang
diisolasikan dengan suatu penguat seperti ditunjukkan pada gambar 4-11,
mempunyai pengaruh pembebanan yang didapat diabaikan dan fungsi alih rangkaian
keseluruhan sama dengan hasilkali dari masing-masing fungsi alih. Jadi, dlaam
hal ini,
4.3 LINERISASI
MODEL MATEMATIK NONLINEAR
Pasal ini membahas suatu teknik
linerisasi yang dapat diterapkan pada beberapa sistem nonlinear. Kita akan
menerapkan teknik ini pada motor servo-hidraulik dan mencari fungsi alih untuk
motor servohidraulik yang dilinierkan.
Pendekatan
linier dari sistem nonlinier. Untuk
memperoleh model metematik yang linier dari sistem nonlinier, kita anggap bahwa
variabel hanya mengalami deviasi yang kecil dari titik kerjanya. Tinjau suatu
sistem yang mempunyai masukkan x(t) dan
keluaran y(t.) hubungan antara y(t) dan x(t) diberikan oleh
Jika kondisi
kerja normal dinyatakan dengan , ӯ, maka persamaan (4-17) dapat diuraikan
menjadi suatu deret taylor disekitar titik kerja sebagai berikut
Di mana
turunan-turunan df/dx,d2f/dx2,
. . . dihitung pada x= . Jika
variasi - adalah
kecil, kita dapat mengabaikan suku-suku (x-x) berorde tinggi. Selanjutnya
persamaan (4-18) dapat ditulis
y = ӯ + K(x=
) (4-19)
Dimana ӯ = f ( )
Persamaan
(4-19) dapat ditulis kembali sebagai berikut
y = ӯ + K(x= ) (4-20)
Yang menunjukkan
bahwa y – y sebanding dengan x- . Persamaan (4-20) memberikan suatu model
matemeatik linier untuk sistem nonlinier yang diberikan oleh persamaan (4-17).
Selanjutnya,
tinjau sutu sistem yang keluarannya, y,
merupakan fungsi dari dua buah masukkan 1
dan 2 sedemikian rupa
sehingga
Y = f (x1,
x2)
(4-21)
Untuk memperoleh
pendekatan linier pada sistem nonlinier ini, kita dapat menguraikan persamaan
(4-21) menjadi deret taylor disekitar titik kerja 1 dan 2
selanjutnya persamaan (4-22) menjadi
Dimana
turunan-turunan parsial dihitung pada x1
= 1 , x2 = 2 . didekat titik kerja normal, bentuk-bentuk orde tinggi dapat
diabaikan. Model matematik linier dari sistem nonlinier ini disekitar kondisi
kerja normal selanjutnya diberikan oleh
y = ӯ =K1 (x1 - 1) + K2 (x2 -
2)
Dimana
ӯ = (
1, 2)
Motor
servo hidraulik. Gambar
4-12 menunjukkan suatu motor servo hidraulik. Pada dasarnya motor servo
hidraulik merupakan penguat daya hidraulik dengan pengontrolan katup pandu dan
aktuator. Katup pandu adalah suatu katup imbang, dalam arti bahwa semua gaya
tekan yang bekerja padanya adalah setimbang. Keluaran daya yang sangat besar
dapat dikontrol dengan katup pandu yang posisinya dapat disetel dengan daya
yang sangat kecil.
Operasi
motor servo hidraulik ini adalah sebagai berikut: jika katup pandu digerakkan
ke kanan maka lubang I dihubungkan dengan lubang catu, dan minyak bertekanan
masuk ke dalam ruang di sebelah kiri torak daya ke luar kembali. Karena lubang
II dihubungkan dengan lubang kuras, maka minyak di sebelah kanan torak daya ke
luar kembali. Minyak yang mengalir ke dalam silinder daya mempunyai tekanan
yang tinggi sedangkan minyak yang ke luar dari silinder daya mempunyai tekanan
yang rendah. Beda tekanan yang dihasilkan pada kedua sisi torak akan
menyebabkan torak bergerak ke kanan. Minyak yang kembali ke saluran kuras
ditekan dengan sebuah pompa kemudian disirkulasikan lagi di dalam sistem. Jika
torak pandu digerakkan ke kiri, maka torak daya akan bergerak ke kiri.
Gambar 4-12. Diagram skematik motor servo
hidarulik
Dalam praktek, lubang a, b dan c yang ditunjukkan pada gambar 4-12 seringkali
dibuat lebih lebar daripada katup A, B,
dan C. Dalam hal ini, selalu terjadi kebocoran pada katup. Hal ini akan
memperbaiki baik kepekaan maupun kelinieran motor servo hidraulik. Kita akan
menggunkan anggapan ini pada analisis berikut. [perhatikan bahwa seringkalli
sinyal dither, yaitu sinyal frekuensi tinggi dengan amplituda yang sangat kecil
(dibandingkan dengan perpindahan maksimum dari katup), ditumpangkan pada
gerakan katup pandu. Hal ini juga akan memperbaiki kepekaan dan kelinieran.
Dalam hal ini juga tedapat kebocoran pada katup]
Marilah
kita definisikan
Q=
laju aliran minyak ke silinder daya, kg/det
∆P=
P2 – P1 = beda tekanan pada torak daya, N/m2
X = perpindahan katup pandu, m
Pada
gambar 4-12, dapat kita lihat bahwa Q merupakan fungsi dari x dan ∆P. Pada umumnya, hubungan antara variabel Q, x dan ∆P diberikan
oleh suatu persamaan nonlinier
Q =f (x, ∆P)
Dengan
linierisasi persamaan nonlinier ini didekatkan titik kerja normal
_____________, kita peroleh
Q – Q = K1 (
x- ) – K2 (∆P - ∆Ṗ) (4-22)
Dimana
Q = ( ∆Ṗ)
Perhatikan
bahwa untuk sistem ini, kondisi kerja normalnya adalah _____________, sehingga,
dari persamaan (4-22) kita peroleh
Q =K1 x-
K2 x ∆P (4-23)
Gambar
4-13 menunjukkan hubungan di antara Q, x,
dan ∆P yang dilinierakan ini.
Garis-garis lurus yang ditunjukkan adalah kurva karakteristik motor servo
hidraulik yang dilinierkan. Keluarga kurva ini dari garis-garis lurus sejajar
dengan jarak antara yang sama, dengan parameter x.
Gambar 4-13. Kurva karakteristik motor servo
hidraulik yang dilinerkan
Dengan memperhatikan gambar 4-12,
kita lihat bahwa laju aliran minyak Q, (kg/det) kali waktu dt (det) sama dengan perpindahan torak daya dy (m) kali luas torak A (m2)
kali rapat massa minyak ρ (kg/m3). Jadi, kita peroleh
Aρ dy = Q dt
Perhatikan
bahwa untuk suatu laju aliran Q,
makin besar luas torak A, kecepatan dy/dt akan menjadi semakin kecil. Oleh
karena itu, jika luas torak A diperkecil, sedangkan variabel-variabel lainnya
konsta, maka kecepatan dy/dt menjadi
semakin tinggi. Kenaikkan laju aliran Q juga
akan menimbulkan kenaikkan kecpeatan torak daya dan akan membuat waktu respon
menjadi lebih singkat.
Sekarang
persamaan (4-23) dapat dituliskan sebagai
Gaya
dibangkitkan oleh torak daya sama dengan beda tekanan ∆P kali luas torak A atau
Gaya yang dibangkitkan oleh torak
daya=A ∆P
Untuk
suatu gaya maksimum, jika beda tekanan cukup tinggi, maka luas torak, atau
volume minyak dalam silinder, dapat dibuat kecil. Akibatnya untuk meminimumkan
berat kontroler (pengontrolan), maka tekanan catu harus dibuat cukup tinggi.
Anggap
bahwa torak daya memindahkan suaru beban yang terdiri dari massa dan gesekkan
viskos. Selanjutnya gaya yang dibangkitkan oleh torak daya dikenakan pada massa
dan gesekkan beban, sehingga kita peroleh
Atau
Dimana
m adalah massa (kg-det2/m) dari beban
dan f adalah koefisien gesekan viskos
(N-det /m).
Dengan
menganggap bahwa perpindahan x dari
katup pandu (pilot-valve) adalah masukkan dan perpindahan y dari torak daya adalah
keluaran, dari persamaan (4-24) kita
peroleh bahwa fungsi alih untuk motor servo hidraulik adalah
Dimana
Dari
persamaan (4-25), dapat kita lihat bahwa fungsi alih merupakan orde kedua. Jika
perbandingan mK2/(fK2
+ A2ρ) adalah sangat
kecil atau T dapat diabaikan, maka fungsi alih tersebut
dapat disederhanakan menjadi
Suatu
analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa jika kebocoran minyak, kompresibilitas
minyak (meliputi pengaruh udara yang larut di dalamnya), pemuaian perpipaan,
dan sebagainya, diperhitungkan, maka fungsi alih menjadi
Dimana
T1 dan T2 adalah konstanta waktu.
Konstanta waktu ini bergantung pada volume minyak dalam rangkaian kerja. Makin
kecil volumenya, semakin kecil pula konstanta waktunya.
4-4 DIAGRAM BLOK
Suatu sistem kontrol dapat
terdiri dari beberapa komponen. Untuk menunjukkan fungsi yang dilakukan oleh
tiap komponen, dalam teknik kontrol, dalam teknik kontrol, biasanya kita
menggunakan suatu diagram yang disebut
“diagram blok”.
Diagram
blok. Diagram
blok suatu sistem adalah suatu penyajian bergambar dari fungsi yang dilkuakn
oleh tiap komponen dan sinyalnya. Diagram semacam ini melukiskan hubungan tmbal
balik yang ada antara berbagai komponen. Berbeda dengan penyajian matematik
yang abstrak belaka. Diagram blok mempunyai keunggulan dalam menunjukkan aliran
sinyal yang lebih nyata pada sistem yang sebenarnya.
Dalam suatu diagram blok, semua
variabel sistem variabel sistem saling dihubungkan dengan menggunakan blok
fungsional. “blok fungsional” atau biasa disebut “blok” adalah suatu simbol
operasi matematik pada sinyal masukkan blok yang menghasilkan keluaran. Fungsi
alih dari komponen biasanya ditulis di dalam blok, yang dihubungkan dengan anak
panah untuk menunjukkan arah aliran sinyal. Perhatikan bahwa sinyal hanya dapat
mengalir pada arah yang ditunjukkan oleh anak panah. Jadi, diagram blok suatu
sistem kontrol secara eksplisit menunjukkan suatu sifat searah.
Gambar
4-14 menunjukkansuatu elemen diagram blok. Anak panah yang menuju ke blok
menunjukkan masukkan dan anak panah yang meninggalkan blok menyatakan keluaran.
Anak panah semacam itu dianggap sebagai sinyal.
Gambar 4-14. Elemen diagram blok
Perhatikan bahwa dimensi sinyal
keluaran dari blok sama dengan dimensi sinyal masukkan dikalikan dengan dimensi
fungsi alih dalam blok.
Keunggulan penyajian diagram blok
suatu sistem terletak pada kenyataan bahwa mudah untuk membentuk diagram blok
keseluurhan sistem hanya dengan menghubungkan blok-blok komponen sesuai dengan aliran sinyal dan memungkinkan
perhitungan kontribusi tiap komponen pada perfomansi keselruhan sistem.
Pada umumnya, operasi fungsional
dari sistem dapat divisualisasikan secara lebih cepat dengan menguji diagram
bloknya daripada dengan menguji sistem fisiknya. Diagram blok mengandung
informasi perilaku dinamik, tetapi tidak mengandung informasi mengenai
konstruksi fisik dari sistem. Oleh karena itu, beberapa sistem yang berbeda dan
tidak mempunyai relasi satu sama lain dapat dinayatakan dengan diagram blok
yang sama.
Harus diperhatikan bahwa dalam
suatu diagram blok bersumber energi utamanya tidak ditunjukkan secara
eksplisit, dan juga bahwa diagram blok suatu sistem adalah tidak unik. Suatu
sistem dapat digambarkan dengan beberapa diagram blok yang berbeda, bergantung
pada titik pandang analisis.
Detektor
kesalahan. Detektor
kesalahan menghasilkan suatu sinyal yang merupakan selisih antara sinyal
masukkan acuan dengan sinyal umapan balik dari sistem kontrol. Dalam desain,
pemilihan detektor keslahan adalah cukup penting dan harus diputuskan dengan
hati-hati. Hal ini disebabkan oleh setiap adanya ketidaksempurnaan detektor
kesalahan yang tanpa dapat dihindari akan mempengaruhi performansi sistem
keseluruhan. Penyajian diagram blok dari detektor kesalahan ditunjukkan pada
gambar 4-15.
Perhatikan bahwa lingkaran dengan
tanda silang adalah simbol yang menunjukkan suatu operasi penjumlahan. Tanda
positif atau negatif pada setiap anak panah menunjukkan operasi yang harus
dikenakan pada sinyal tersbut, ditambahkan atau dikurangkan. Perhatikan bahwa
besaran-besaran yang ditambahkan atau dikurangkan mempunyai dimensi dan satuan
yang sama.
Diagram
blok sistem lup tertutup. Gambar
4-16 menunjukkan suatu contoh diagram blok sistem lup tertutup. Keluaran C(s) diumpan-balikkan ke titik
penjumlahan utnuk dibandingkan dengan masukkan acuan R(s). Sifat lup tertutup dari sistem secara jelas ditunjukkan pada
gambar tersebut. Keluaran blok, C(s) dalam
hal ini, diperoleh dengan mengalihkan fungsi alih G(s) dengan masukkan blok, E(s)
Gambar 4-16. Diagram blok suatu lup tertutup
Setiap sistem kontrol linier
dapat dinyatakan dengan suatu diagram blok yang terdiri dari beberapa blok,
titik penjumlahan, dan titik cabang.
Titik cabang adalah titik, tempat sinyal keluaran blok secara bersamaan menuju ke
blok lain atau titik penjumlahan.
Jika keluaran diumpankan-balikkan
ke titik penjumlahan untuk dibandingkan dengan masukkan, maka perlu mengubah
bentuk sinyal keluaran agar sama dengan bentuk sinyal masukkan. Sebagai contoh,
dalam suatu sistem pengontrolan temperatur, sinyal keluarannya biasanya adalah
temperatur yang dikontrol. Sinyal keluaran tersebut, yang mempunyai dimensi
temperatur, harus diubah menjadi suatu gaya atau posisi, sebelum dibandingkan
dengan sinyal masukkan. Pengubah ini dilakukan oleh elemen umpan balik yang
mempunyai fungsi alih H(s). Seperti
ditunjukkan pada gambar 4-17. Peranan penting lainnya dari elemen upan-balik
adalah memodifikasi keluaran sebelum dibandingkan dengan masukkan. Pada contoh
ini, sinyal umpan-bailk yang diumpan-balikkan ke titik penjumlahan untuk
dibandingkan dengan sinyal masukkan adalah B(s)=H(s)C(s).
Gambar 4-17. Sistem lup
tertutup
Perbandingan
antara sinyal umpan balik B(s) dengan
sinyal kesalahan penggerak E(s) disebut
fungsi alih lup terbuka. Jadi
Perbandingan
antara keluaran C(s) dengan sinyal
kesalahan penggerak E(s) disebut
fungsi alih umpan maju, sehingga
gambar nya mana bos kok gak ada
BalasHapus