Rabu, 02 Januari 2013

PSIKOLOGI PENDIDIKAN ANALISIS ANAK BERBAKAT


KATA PENGANTAR
                                                                    
                                                                                                              
Alhamdulillah makalah ini terselesaikan dengan cepat dan bagus sehingga dapat bermaanfaat untuk semua orang. Tidak lupa disampaikan banyak terima kasih pada:
1.          Dosen pembimbing Psikologi Pendidikan  Ibu Ni Wayan Sukmawati Puspitadewi,  yang telah membimbing serta mengarahkan kami sehingga makalah ini dapat dibuat dan terselesaikan dengan lancar dan cepat.

2.          Teman-teman yang membantu baik dari segi tenaga maupun pikiran.
Dalam makalah  analisa kasus anak berbakat ditinjau dari multiple intelegensi, memang kami membuat makalah  ini ditujukan untuk semua orang. Dalam hal ini kami menjelaskan semampu kami untuk memberikan informasi sejelas mungkin pada makalah ini. Mungkin dalam pembuatan makalah  ini ada kesalahanya kami mohon maaf  karena tak ada gading yang tak ada retaknya. Demikian pula dengan makalah yang kami susun ini, bila terdapat kesalahan dan kekurangan kami mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan demi penyempurnaan penulisan pemikiran kritis kami selanjutnya.



Surabaya, 26 Mei 2011


Penyusun





DAFTAR ISI



Cover
Kata Pengantar ..........................................................................................................   i
Daftar Isi ....................................................................................................................  ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………………   1
B. Perumusan Masalah …………………………………………………………...   2
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………   2

BAB I
KASUS
v Kasus ……………………………………………………………..……………    3

BAB III
PEMBAHASAN
A. Intelegensi……………………………………………………………………    4
B. Analisis menurut Diferensiasi dan Teori Intelegensi…………………………   5
1.      Trilogi Intelegensi…………………………………………………………….          5
2.      Teori faktor……………………………………………………………………         6
3.      Teori Struktural Intelektual…………………………………………………..           6
4.      Teori Kognitif…………………………………………………………………         7
5.      Teori Inteligensi ABC…………………………………………………………         7

BAB IV
PENUTUP
     Kesimpulan …………………………………………………………………    8

Daftar Pustaka ……………………………………………………………….....     9





BAB I
PENDAHULUAN




A.    Latar Belakang Masalah

Keberhasilan seseorang untuk masa depan diukur dari tingkat kecerdasan. Padahal dulu kecerdasan hanya ditinjau dari aspek intelektual. Pada otak kita terdapat beberapa kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).
Di Indonesia pengembangan kecerdasan anak untuk menuju tingkat keberhasilan atau kesuksesan dalam berhasil itu ditinjau dari intelektual. Contohnya dalam sistem pendidikan Indonesia menekankan tingkat kecerdasan dinilai dari segi matematika (logika) dan bahasa. Dalam praktek anak akan mengalami kenaikan kelas dinilai dari aspek tersebut. Padahal ini adalah satu pemikirin kecerdasan yang masih tradisional.
Setelah adanya kekeliruan di pendidikan Indonesia dalam peningkatan kecerdasan anak. Padahal sekolah - sekolah swasta telah menjamur dimulai dari sekolah kanak-kanak atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai tingkat yang tertinggi perguruan tinggi. Dengan semakin menjamurnya sekolah-sekolah seharusnya tingkat pendidikan Indonesia semakin professional, tapi kenyataannya masih tetap dalam pendidikan pengembangan yang tradisional.
Dengan adanya kekeliruan tentang kecerdasan yang hanya mencakup dua aspek yaitu matematika (logika) dan bahasa. Sebaiknya selain dari aspek tersebut harus juga meliputi beberapa aspek yang lain yaitu kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, dan naturalis. Kreatifitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, adalah sama pentingnya. Demikian juga berlaku bagi pengikatan diri terhadap tugas yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet meskipun mengalami macam-macam rintangan dan hambatan, melakukan dan menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatnya diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.
Keberbakatan itu meliputi bermacam-macam bidang, namun biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam salah satu bidang saja. Dan tidak pada semua bidang. Misalnya : Si A menonjol dalam matematika, tetapi tidak dalam bidang seni. Si B menunjukkan kemapuan memimpin, tetapi prestasi akademiknya tidak terlalu menonjol. Hal ini kadang-kadang dilupakan oleh pendidik. Mereka menganggap bahwa seseorang telah diidentifikasi sebagai berbakat harus menonjol dalam semua bidang. Selanjutnya perumusan tersebut menekankan bahwa anak berbakat mampu memberikan prestasi yang tinggi. Bakat memerlukan pendidikan dalam latihan agar dapat terampil dalam prestasi yang unggul.

B.     Perumusan Masalah

1.      Mengapa perlu analisa tentang anak berbakat
2.      Jenis layanan dan kegiatan yang bagaimana yang dapat mendukung anak berbakat
3.      Solusi, mengatasi dan penyikapa apa yang harus dilakukan oleh anak berbakat.

C.    Tujuan Penulisan

Dengan membuat makalah ini bertujuan untuk membimbing para pembaca untuk lebih mengerti tentang bagamana menganalisa kasus anak berbakat ditinjau dari multiple intelegensi, sehingga lebih bisa mengerti dan dapat bisa menjalankan apa yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembuatan makalah ini kami menyajikan dengan kasus serta analisanya agar lebih bisa dipahami.









BAB II
KASUS



Leonardo Calvin, si Kecil yang Mencintai Musik Klasik

Paling berkesan saat tampil di depan SBY

Musik klasik memang memilki banyak penggemar. Bukan hanya mereka yang berusia dewasa. Tetapi, banyak juga anak-anak yang mencintainya. Salah satunya Leonardo Calvin. Dia mencintai musik klasik lewat permainan biola mulai usia lima tahun.
Dawai gesekan biola kala membawakan lagu Allergo Con Brio milik musisi klasik ternama Ludwig Van Beethoven terdengar syahdu dari Balai Adika Hotel Majapahit Surabaya Kamis malam lalu (12/5). Suara merdu tersebut berasal dari permainan apik violinis muda Surabaya Leonardo Calvin, 13.
Kelar membawakan satu karya, giliran aplaus dari sekitar 250 orang membahana dari ruangan di hotel bersejarah tersebut. Mereka hadir untuk menyaksikan pertunjukan music bertaraf nasional dari violinis peraih beberapa penghargaan, salah satunya dari Muri (Museum Rekor Indonesia) pada tahun 2006, itu.
“Ini merupakan konser tunggal perdana dari Calvin yang bertujuan menghibur dan memberikan informasi kepada masyarakat bahwa bermusik itu tidak harus berusia dewasa. Bisa dipupuk sejak kecil”, kata pemerhati musik klasik yang juga guru Calvin, Shienny Kurniawati.
Mengangkat tema Me and My Violin, konser tersebut ingin menonjolkan sisi klasik pergelaran seni. “Maka, untuk  memperlihatkan kesan klasik ini, kami sengaja mengadakan acara di Hotel Majaphit yang memang kesan klasiknya sangat kental terasa, “ jelasnya.
Selain karya Beethoven, total acara yang berlangsung selama 1,5 jam itu membawakan beberapa karya musisi klasik kelas dunia lainnya. Di antaranya dari Pablo de Sarate, Giuseppe Tartini, Guo Quan Li, dan Jaya Suprana.
Calvin tampil antusias dalam konser tunggal perdananya itu. Tidak kurang dari tiga ja dalam sehari dia khususkan untuk beratih.”saya sangat bersemangat. Ini salah satu persembahan bagi Papa dan Mama yang selama ini sudah mendukung saya,” jelas putra pasangan Ninik Mariani dan Harry Santoso itu.
Ninik Mariani mengatakan, anaknya yang saat ini menempuh pendidikan di SMP Cita Hati itu mulai jatuh cinta dengan music klasik sejak kecil. Sebab, bersama sang suami, Mariani sering memutar musik klasik. Baik saat di rumah maupun di mobil.
“Kebetulan telinga kanan anak saya agak terganggu. Nah, disarankan oleh seorang teman untuk dibiasakan memutar lagu klasik. Ternyata, memang betul. Saat ini, pendengaran Calvin mulai mambaik,” jelas Mariani.
Mariani menyatakan sangat bangga dengan beragam prestasi yang sudah diraih anaknya. “tapi, yang paling berkesan adalah ketika Calvin tampil di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat puncak perinagatan Hari Koperasi di Surabaya tahun 2010,” ujarnya yang disambut tawa riang sang anak. (*/c6/tia)






























BAB III
PEMBAHASAN



A.    Intelegensi
Inteligensi berasal dari bahasa Latin yaitu intelligentia yang berarti kekuatan akal manusia. Terdapat beragam definisi inteligensi yang seringkali mengartikannya sebagai kecerdasan, kepandaian, ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Inteligensi merupakan status mental yang tidak memerlukan definisi, sedangkan perilaku inteligentif lebih konkrit batasan dan ciri-cirinya, sehingga lebih bermanfaat untuk dipelajari. Inteligensi bisa diartikan sebagai salah satu kemampuan mental, pikiran, atau intelektual manusia, dan bagian dari proses–proses kognitif pada urutan yang lebih tinggi (high cognition level).
Pada anak usia 3-4 tahun ada tanda-tanda pada bakat musik, melukis, ritmik dan berbagai bentuk seni lainnya. Contohnya Calvin yang  mempunyai bakat bermain musik klasik dengan alat musik biola, dia mampu memainkan dengan nada yang benar, mampu bermain di konser yang megah pada usia 13. Tanda-tanda lain keberbakatan dini adalah memiliki selera humor pada usia 2 tahun dimana tidak akan marah jika diolok olok tetapi malah akan mampu berbalik meledek orang lain. Calvin memiliki bakat bermusik karena orangtua Calvin srering mendengarkan musik klasik pada saat dirumah tau di mobil. Cara seperti ini dapat menstimulus agar terdorong untuk menonjolkan bakat yang dimilki.
B. Analisis menurut  Diferensiasi dan Teori Inteligensi
1.      Trilogi Inteligensi
         Konsep trilogi inteligensi mengemukakan bahwa ada tiga jenis kecerdasan yang integral yaitu: (a) Kecerdasan intelektual (IQ), (b) Kecerdasan emosional (EQ), dan (c) Kecerdasan spiritual (SQ).
a)    Calvin mempunyai kecerdasan intelektual yaitu kemampuan pengetahuan praktis, daya ingat (memori), daya nalar (reasoning). Karena pada saat mendengarkan music klasik dan saat berlatih, Calvin mempunyai memori untuk mengingat nada untuk memainkan music klasik tersebut.
b)   Calvin kurang mempunyai kecerdasan emosional karena kurang mampu mengendalikan diri ketika tampil di depan Presiden namun mempunyai motivasi diri yaitu ketika berlatih sehari 3 jam.
c)    Pada kecerdasan spiritual adalah tanggung jawab orangtua Calvin sehingga Calvin merasa sebagai satu pribadi yang utuh secara intelektual, emosional, dan spiritual dalam bermain music atau yang lainnya.
2.      Teori Faktor
Teori ini dikembangkan oleh Spearman. Beliau mengembangkan teori dua faktor dalam kemampuan mental manusia, yaitu :
a)    Teori faktor “g” (faktor kemampuan umum). Faktor G berhubungan dengan kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas–tugas secara umum. Pada saat berlatih, Calvin mampu menyelesaikan apa yang diajrkan oleh gurunya semisal ada lagu baru yang harus dimainkan.
b)   Teori faktor “s” (faktor kemampuan khusus). Faktor S berhubungan dengan kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas-tugas secara khusus. Pada saat berlatih, Calvin mempunyai kemampuan tugas khusu missal berupa tangga nada yang sangat rumit  oleh guru pengajarnya.
3.      Teori Struktural Intelektual
Teori ini dikembangkan oleh Guilford, yang menyatakan bahwa tiap-tiap kemampuan memiliki jenis keunikan tersendiri dalam aktivitas mental atau pikiran (operation), isi informasi (content), dan hasil informasi (product). Pada kasus Bab II, Calvin mempunyai kemampuan yaitu pada saat orangtua Calvin memutar music klasik, Calvin mencari tahu informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang diterina oleh sistem pendengaran (telinga).

4.      Teori Kognitif
Inteligensi dapat dianalisis kedalam komponen yang dapat membantu seseorang untuk memecahkan masalah seperti  pada kasus Bab II, Calvin mempunyai kemampuan yaitu pada saat orangtua Calvin yang sering memperdengarkan music klasik, Calvin mencari tahu informasi yang muncul informasi yang baru dan penyimpanannya dalam ingatan.
5.      Teori Inteligensi ABC
a)    Inteligensi A, biasa disebut sebagai the gentophype of intelligence, yaitu potensi bawaan yang berada di gen yang tidak bisa diukur dan tidak bisa diobeservasi. Pada kasus Bab II, Calvin kemampuan yang dimilki oleh Calvin adalah bukan dari Gen melainkan dari stimulus orangtuanya yang sering mendengarkan music klasik.
b)   Inteligensi B, yaitu yang biasa disebut sebagai the phenothype of intelligence, merupakan bentuk inteligensi yang dapat diamati sehari-hari. Ini merupakan hasil interaksi antara genetik dan lingkungan (pengasuhan, pendidikan, dan budaya). Pada kasus Bab II, Calvin mempunyai kemampuan  dalam bereaksi terhadap sitimulus dari lingkungannya.seperti pada saat orangtuanya mendengarkan music klasik di rumah atupun di mobil dan hasilnya dapat dilihat juga dalam prestasi yaitu Calvin dapat mendapatkan rekor dari Muri (museum Rekor Indonesia).
c)    Inteligensi C, merupakan inteligensi yang diukur melalui tes inteligensi, misalnya IQ tes. Artinya inteligensi bentuk ini merupakan inteligensi yang terukur dengan sebuah tes.  Pada Intelegensi C, Calvin perlu dites agar  dapat menjelaskan inteligensi B dan setidaknya juga mampu memberikan gambaran tentang situasi genetiknya (inteligensi A).




BAB IV
PENUTUP



Kesimpulan

Dari pembahasan makalah yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1)      Definisi dari inteligensi adalah sebagai kecerdasan, kepandaian, ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi.
2)      Untuk menganalisis kasus pada Bab II penyaji makalah memakai Analisis menurut Diferensiasi dan Teori Intelegensi yaitu :
a)      Trilogi IntelegensiTeori faktor       
b)      Teori Struktural Intelektual
c)      Teori Kognitif
d)     Teori Inteligensi ABC
3)      Pada Bab II, Calvin adalah anak yang berbakat. Dia bias bermain music klasik karena setiap dirumah atau dimobil Calvin selalu distimulus oleh orantua yaitu dengan memperdengarkan lagu klasik hingga Calvin suka bermain music klasik.













DAFTAR PUSTAKA




Anggara, Panji Dwi. 2011. Jawa Pos, Metropolis hal 30. Minggu 15 Mei 2011



Tidak ada komentar:

Posting Komentar